TANTANGAN YANG DIHADAPI GURU DALAM KURIKULUM MERDEKA
PUTRI BUNGSU ( TUSILAH,S.Pd.)
Peluncuran kebijakan Merdeka Belajar;Kurikulum Merdeka;Platform Merdeka Belajar oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan ,Riset,dan Teknologi pada 11 Februari 2022 merupakan bagian dari paradigma baru pembelajaran di era digitalisasi saat ini dan ke depan.
Menyambut pelaksanaan Kurikulum Merdeka tersebut sudah pasti guru sebagai garda terdepan di kelas dituntut cepat tanggap menyikapi perubahan itu.Lalu apa bedanya dengan kurikulum sebelumnya?Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dimana konten akan lebih optimal,peserta didik memiliki cukup waktu untuk memahami konsep dan menguatkan kompetensi.Nah,keren kan?
Apa yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan itu?Tentu saja,dalam implementasinya,guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik dalam setiap jenjang pendidikannya.
Ini yang sangat menarik dan berbeda dengan kurikulum sebelumnya.Dahulu guru mengajar dengan satu gaya untuk semua jenis karakter siswa.Dalam Kurikulum Merdeka ini guru harus mampu mewujudkan pembelajaran berbasis kebutuhan siswa,juga harus menambah muatan nilai- nilai karakter yang disebut Profil Pelajar Pancasila.
Bila dibandingkan dengan Kurikulum 2013,Kurikulum Merdeka ini memiliki beberapa keunggulan seperti lebih sederhana dan mendalam,lebih berfokus pada materi yang esensial,dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya,misalnya untuk SMP itu fase D.Proses pembelajaran lebih mendalam bermakna,dan menyenangkan.Materinya disesuaikan dengan fasenya sehingga peserta didik bisa menikmati sekaligus menganggap materi tersebut memang mereka butuhkan karena sesuai dengan pengalamannya.
Lebih Merdeka
Dikatakan demikian karena tampil lebih simpel.Sebagai contoh anak-anak SMA sekarang bisa memilih pelajaran sesuai minat,bakat,dan aspirasinya.Sangat berbeda dengan dahulu,anak- anak suka atau tidak suka harus menerima paketan mata pelajaran sesuai jurusannya.
Guru yang mengajar juga bisa mengajar sesuai Capaian dan perkembangan peserta didik dalam setiap pertemuan maupun semester.Sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum pembelajaran sesuai karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.
Lebih Relevan dan Efektif
Kurikulum Merdeka menawarkan beragam kegiatan projek yang memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk aktif mengekplorasi isu yang sedang aktual untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.Dengan demikian anak-anak benar- benar dapat memilih sesuai dengan keinginan bahkan yang berhubungan erat dengan kearifan lokal.
Guru Harus Siap Berubah
Kunci utama dari pelaksanaan Kurikulum.Merdeka di tingkat sekolah terdapat dalam diri guru.Adakah keinginan dirinya untuk berubah?Apapun kurikulumnya kalau guru masih ogah- ogahan,masih dengan gaya lama,tidak akan berpengaruh terhadap outputnya.Di sini guru dituntut lebih kreatif,inovatif dalam praktik pembelajaran.Guru harus lebih mengenal karakter peserta didik agar mampu menentukan bahan ajar,alat ajar,metode pembelajaran,maupun jenis penilaian yang nantinya akan digunakan.
Guru merupakan agen perubahan yang dituntut mampu memberikan perubahan yang signifikan bagi peserta didiknya.
Paradigma yang berpihak pada murid.Perhatian utama guru yaitu membuat perangkat ajar yang sesuai kebutuhan murid dengan asumsi bahwa kondisi murid di setiap sekolah berbeda-beda.Tidak lagi berfokus pada kecanggihan perangkat ajar dan inovasi yang dilakukan.
Kemampuan melakukan asesmen diagnostik/ di awal pembelajaran ,dalam kurikulum 2013 sebelumnya tidak ada jenis tes ini.Tes ini berfungsi untuk memahami profil murid sebagai dasar menyusun dan menyesuaikan pembelajaran.
Menyiapkan diferensiasi pembelajaran sebagai respon atas perbedaan minat cara belajar,dan kebutuhan belajar murid, dan bisa dikelompokkan sesuai dengan perbedaan- perbedaan tersebut.Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran,tetapi juga fokus pada proses dan konten/ materi.Menurut penulis,bagian inilah yang menunut guru bekerja ekstra keras untuk menjadi pelayan peserta didik yang kondisinya berbeda-beda.
Pelaksanaan kurikulum tersebut akan ada hambatan karena tidak mungkin semua berjalan mulus mengingat posisi geografi suatu sekolah juga berbeda- beda.Kurikulum merdeka yang memerdekakan semuanya baik guru,peserta didik,sekolah negeri suasta berorientasi pada pengembangan karakter dan budaya Indonesia. Pelaksanaannya sudah tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam kelas rombel besar seperti SMP, 32 siswa tiap kelas,guru harus berhati-,hati mempersiapkan beberapa materi dan instrumen penilaian sekaligus.Penerapan itu lebih menguntungkan peserta didik untuk memaksimalkan potensi masing- masing termasuk kalau ada yang berkebutuhan khusus.
Lalu perbedaan apa yang terjadi saat proses bembelajaran berlangsung?Ternyata kurikulum ini mengharuskan guru menyajikan materi sesuai gaya belajar yang peserta didik inginkan.
Ada yang suka dengan gaya belajar visual.Kebutuhan melihat sesuatu secara visual untuk mengetahuinya.Tipe ini membutuhkan film,kolase,gambar,komik,dan sebagainya.
Tipe Auditorial,ini gaya belajar dengan cara mendengarkan,dominan menggunakan indera pendengaran.Dengan demikian harus disediakan materi yang berupa bahan simakan.
Berikutnya gaya kinestik yaitu gaya belajar dengan cara bergerak,menyentuh,mengutamakan indera perasa dan gerakan fisik.
Secara garis besar pendekatan pembelajaran VAK (Visual,Auditorial,Kinestik)tersebut memang nyata-nyata memberikan suasana baru terhadap proses pembelajaran sehingga dapat lebih bermakna dan membuat peserta didik lebih aktif pada proses pembelajarannya.Dengan demikian dapat meningkatkan minat,motivasi,juga meningkatkan hasil.
Yuk,persiapkan diri menghadapi tantangan yang diberikan oleh Kurikulum Merdeka.Tetap semangat.
Bionarasi
Putri Bungsu nama penanya.Lahir di Kulon Progo pada tanggal 26 September.Wanita berzodiak Libra ini gemar membaca, menulis, dan avontur.Pegiat sastra di komunitas Sastra Kidung Semilir telah menerbitkan 4 buku puisi tunggal dan serstus lebih buku antologi bersama berupa puisi, geguritan, cerpen,cerkak,kisah nyata, biografi mini,esai, opini, maupun resensi buku.Baginya karya itu abadi maka diabadikannya peristiwa dalam karya sastra.