Bab 4
Keberagaman Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan dalam Bhinneka Tunggal Ika
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri atas 34 provinsi dengan ribuan pulau yang ada di dalamnya. Luas wilayah negara berpengaruh terhadap banyaknya keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat banyak perbedaan dalam berbagai bidang.
Masyarakat
Indonesia merupakan masyarakat majemuk, yaitu masyarakat yang memiliki berbagai
keberagaman. Keberagaman masyarakat Indonesia berupa keberagaman suku bangsa,
budaya, ras, agama, kepercayaan, dan antargolongan.
A.
Keberagaman
dalam Masyarakat Indonesia
1.
Faktor Penyebab Keberagaman
Masyarakat Indonesia
Keberagaman
masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang datang dari
dalam maupun luar masyarakat. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor alam, diri
sendiri, dan masyarakat. Secara umum keberagaman masyarakat Indonesia
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
a.
Letak strategis wilayah
Indonesia
Letak
Indonesia yang strategis, yaitu diantara dua Samudera Pasifik dan Samudra
Indonesia, serta dua benua Asia dan Australia mengakibatkan wilayah kita
menjadi jalur perdagangan internasional. Lalu lintas perdagangan tidak hanya
membawa komoditas dagang, namun juga pengaruh kebudayaan mereka terhadap budaya
Indonesia. Kedatangan bangsa asing yang berbeda ras, kemudian menetap di
Indonesia mengakibatkan kemajemukkan ras, agama dan bahasa.
b.
Kondisi negara kepulauan
Negara
Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau yang secara fisik terpisah-pisah.
Keadaan ini menghambat hubungan antarmasyarakat dari pulau yang berbeda-beda.
Setiap masyarakat di kepulauan mengembangkan budaya mereka masing-masing,
sesuai dengan tangkat kemajuan dan lingkungan masing-masing. Hal ini
mengakibatkan perbedaan suku bangsa, bahasa, budaya, serta peranan laki-laki
dan perempuan.
c.
Perbedaan
kondisi alam
Kondisi
alam yang berbeda seperti daerah pantai, pegunungan, daerah subur,
padang rumput, pegunungan, dataran rendah,
rawa, dan laut mengakibatkan perbedaan masyarakat.
d.
Keadaan transportasi dan
komunikasi
Kemajuan sarana transportasi
dan komunikasi juga memengaruhi perbedaan masyarakat Indonesia.
e.
Penerimaan masyarakat terhadap
perubahan
Sikap
masyarakat terhadap sesuatu yang baru baik yang datang dari dalam maupun luar masyarakat membawa pengaruh terhadap perbedaan masyarakat Indonesia.
2.
Keberagaman
Suku
Suku
bangsa sering juga disebut etnik. Menurut Koentjaraningrat, suku
bangsa berarti sekelompok manusia yang memiliki kesatuan budaya dan terikat
oleh kesadaran dan identitas tersebut.
Suku bangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran
dan identitas akan kesatuan kebudayaan.
Ciri-ciri
mendasar yang membedakan suku bangsa satu dengan lainnya, antara lain bahasa
daerah, adat istiadat, sistem kekerabatan, kesenian daerah, dan tempat asal.
Keberagaman
bangsa Indonesia, diakibatkan oleh jumlah suku bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia sangat banyak dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Setiap suku
bangsa mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial maupun budaya. Menurut penelitian Badan Pusat Statistik yang
dilaksanakan tahun 2010, di Indonesia terdapat 1.128 suku bangsa. Antarsuku
bangsa di Indonesia memiliki berbagai perbedaan dan itulah yang membentuk
keanekaragaman di Indonesia.
Beberapa
suku bangsa di Indonesia berdasarkan asal daerah tempat tinggal antara lain di Pulau Sumatra terdapat suku
Aceh, Gayo Alas, Batak, Minangkabau, dan Melayu. Di Pulau Jawa terdapat suku Jawa, Sunda, Badui, Samin,
sedangkan di Kalimantan terdapat suku Dayak. Di Sulawesi terdapat suku Bugis,
Manado, Gorontalo, Makasar. Kawasan Maluku terdapat suku Ambon, Sangir Talaud,
Ternate. Kawasan Bali dan Nusa Tenggara antara lain
suku Bali, Lombok, Bima, dan Timor. Sedangkan di Papua terdapat suku Asmat, dan
suku Dani.
3.
Keberagaman Agama dan Kepercayaan
Ajaran
agama Hindu dan Budha dibawa oleh bangsa India yang sudah
lama berdagang dengan Indonesia. Ajaran agama Islam dibawa oleh pedagang Gujarat dan Parsi sekitar abad ke- 13.
Kedatanagn bangsa Eropa membawa ajaran agama Kristen dan Katolik,
sedangkan pedagang dari Cina menganut agama Kong Hu Chu. Berbagai ajaran agama diterima oleh
bangsa Indonesia karena masyarakat sudah mengenal kepercayaan seperti animisme
dan dinamisme.
4.
Keberagaman
Ras
Pada dasarnya, manusia diciptakan dalam kelompok ras yang berbeda-beda yang merupakan hak mutlak
Tuhan Yang Maha Esa. Istilah ras berasal dari Bahasa Inggris, race. Dalam
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan
Etnis, menyebutkan bahwa ras adalah golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik
dan garis keturunan.
Masyarakat
Indonesia memiliki keberagaman ras. Hal ini disebabkan oleh kedatangan bangsa asing ke wilayah Indonesia, sejarah penyebaran ras di dunia, serta letak dan kondisi geografis wilayah
Indonesia. Beberapa ras yang ada dalam masyarakat Indonesia antara lain sebagai
berikut.
a.
Ras
Malayan-Mongoloid yang ada di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan, dan Sulawesi.
b.
Ras
Melanesoid yang mendiami daerah Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur.
c.
Ras
Asiatic Mongoloid seperti orang Tionghoa, Jepang, dan Korea. Ras ini tersebar di
seluruh Indonesia.
d.
Ras
Kaukasoid, yaitu orang India, Timur Tengah, Australia, Eropa dan Amerika.
5.
Keberagaman
Antargolongan
Manusia
hidup bukan hanya dalam keberagaman suku, agama, dan ras, tetapi juga dalam
keberagaman masyarakat. Keberagaman masyarakat di Indonesia dapat dilihat dari
struktur masyarakatnya. Struktur masyarakat Indonesia menurut Syarif Moeis
(2008) ditandai dengan dua ciri atau dua titik pandang. Pertama, secara
horizontal ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat, dan kedaerahan. Secara
vertikal, ditandai dengan adanya lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup
tajam.
Dalam
sosiologi, adanya lapisan dalam masyarakat itu disebut ”Social Stratification” atau
kelas sosial. Adanya perbedaan kelas
dalam lapisan masyarakat menyebabkan terjadinya penggolongan kelas-kelas secara
bertingkat. Hal itu diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas
rendah dengan ditandai oleh adanya ketidakseimbangan dalam pembagian hak dan
kewajiban individu dan kelompok di dalam suatu sistem sosial.
Selain
dilihat dari lapisan masyarakat atau kelas sosial, keberagaman masyarakat
ditandai adanya segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang memiliki
kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Kelompok- kelompok tersebut dapat
berupa kesatuan-kesatuan sosial dan organisasi kemasyarakatan. Adanya kelas
sosial dan kesatuan sosial membentuk golongan-golongan di masyarakat.
Keberagaman
antargolongan tidak boleh menyebabkan terjadinya perselisihan dan perpecahan di
masyarakat. Adanya keberagaman antargolongan harus menjadi pendorong
terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa, dan pendorong tumbuhnya kesadaran
setiap warga negara akan pentingnya pergaulan demi memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa misalnya golongan kelas tinggi membantu golongan kelas rendah.
B.
Arti
Penting Memahami Keberagaman dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika
Keberagaman masyarakat Indonesia memiliki dampak positif sekaligus dampak negatif bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Dampak positif memberikan manfaat bagi perkembangan dan kemajuan, sedangkan dampak negatif mengakibatkan ketidakharmonisan bahkan kehancuran bangsa dan negara.
Bagi bangsa Indonesia keberagaman suku bangsa, budaya, agama, ras dan antargolongan merupakan kekayaan bangsa yang sangat berharga. Meskipun berbeda-beda suku bangsa, adat istiadat, ras, dan agama kita tetap bersatu dalam perjuangan mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan cita-cita negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Bhinneka Tunggal Ika adalah motto atau semboyan bangsa Indonesia. Suhandi Sigit, menyatakan ungkapan Bhinneka Tunggal Ika dapat ditemukan dalam Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular pada abad XIV di masa Kerajaan Majapahit. Dalam kitab tersebut Mpu Tantular menulis ”Rwaneka dhatu winuuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangkang Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa” (Bahwa agama Buddha dan Siwa (Hindu) merupakan zat yang berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika terdapat pada lambang negara Republik Indonesia, yaitu Burung Garuda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Kata- kata tersebut dapat pula diartikan : Berbeda-beda tetapi tetap satu. Bhinneka Tunggal Ika mengandung makna bahwa walaupun bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa, adat-istiadat, ras dan agama yang beraneka ragam namun keseluruhannya merupakan suatu persatuan dan kesatuan.
Bhinneka Tunggal Ika mengandung makna meskipun bangsa Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, adat istiadat, ras dan agama namun keseluruhannya itu merupakan satu kesatuan, yaitu bangsa dan negara Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia, dimana kita harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari seperti hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, warna kulit, dan lain- lain.
Perilaku Toleran dalam Kehidupan Beragama :
- Melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dengan baik dan benar
- Menghormati agama yang diyakini orang lain
- Tidak memaksakan keyakinan agama yang dianutnya kepada orang lain
- Toleran terhadap pelaksanaan ibadah yang dianut pemeluk agama lain.
- Perbedaan suku dan ras tidak menjadi kendala dalam membangun persatuan, kesatuan bangsa dan pergaulan dunia.
- Menghormati harkat dan martabat setiap manusia
- Mengembangkan semangat persaudaraan
- Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
- berperilaku baik terhadap semua orang tanpa membedakan
Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Sosial Budaya:
- Mengetahui keanekaragaman budaya Indonesia
- Mempelajari dan menguasai salah satu seni budaya sesuai dengan minat dan kesenangannya
- Bangga terhadap budaya Indonesia
- menyaring budaya asing yang masuk ke Indonesia.
D.
Materi Pengayaan Bab 4 Pkn
1. Suku-suku bangsa yang tersebar di Indonesia merupakan
warisan sejarah bangsa, persebaran suku bangsa dipengaruhi oleh factor
geografis, perdagangan laut, dan kedatangan para penjajah di Indonesia.
perbedaan suku bangsa satu dengan suku bangsa yang lain di suatu daerah dapat
terlihat dari ciri-ciri berikut ini.
a.
Tipe
fisik, seperti warna kulit, rambut, dan lain-lain.
b.
Bahasa
yang dipergunakan, misalnya Bahasa Batak, Bahasa Jawa, Bahasa Madura, dan
lain-lain.
c.
Adat
istiadat, misalnya pakaian adat, upacara perkawinan, dan upacara kematian.
d.
Kesenian
daerah, misalnya Tari Janger, Tari Serimpi, Tari Cakalele, dan Tari Saudati.
e.
Kekerabatan,
misalnya patrilineal(sistem keturunan menurut garis ayah) dan
matrilineal(sistem keturunan menurut garis ibu).
f.
Batasan
fisik lingkungan, misalnya Badui dalam dan Badui luar.
Masyarakat Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa.
Di Indonesia terdapat
kurang lebih 300 suku bangsa. Setiap suku bangsa hidup dalam kelompok
masyarakat yang mempunyai kebudayaan berbeda-beda satu sama lain. Jumlah suku
bangsa di Indonesia ratusan jumlahnya.
Berikut ini contoh persebaran suku bangsa di Indonesia.
1.
Nanggroe
Aceh Darussalam : suku Aceh, suku Alas, suku Gayo, suku Kluet, suku Simelu,
suku Singkil, suku Tamiang, suku Ulu .
2.
Sumatera
Utara : suku Karo, suku Nias, suku Simalungun, suku Mandailing, suku Dairi,
suku Toba, suku Melayu, suku PakPak, suku maya-maya
3.
Sumatera
Barat : suku Minangkabau, suku Mentawai, suku Melayu, suku guci, suku jambak
4.
Riau
: Melayu, Siak, Rokan, Kampar, Kuantum Akit, Talang Manuk, Bonai, Sakai, Anak
Dalam, Hutan, Laut.
5.
Kepulauan
Riau : Melayu, laut
6.
Bangka
Belitung : Melayu
7.
Jambi
: Batin, Kerinci, Penghulu, Pewdah, Melayu, Kubu, Bajau .
8.
Sumatera
Selatan : Palembang, Melayu, Ogan, Pasemah, Komering, Ranau Kisam, Kubu, Rawas,
Rejang, Lematang, Koto, Agam
9.
Bengkulu
: Melayu, Rejang, Lebong, Enggano, Sekah, Serawai, Pekal, Kaur, Lembak
10. Lampung : Lampung, Melayu, Semendo, Pasemah, Rawas, Pubian,
Sungkai, Sepucih
11. DKI Jakarta : Betawi
12. Banten : Jawa, Sunda, Badui
13. Jawa Barat : Sunda,
14. Jawa Tengah : Jawa, Karimun, Samin, Kangean
15. D.I.Yogyakarta : Jawa
16. Jawa Timur : Jawa, Madura, Tengger, Asing
17. Bali : Bali, Jawa, Madura
18. NTB : Bali, Sasak, Bima, Sumbawa, Mbojo, Dompu, Tarlawi, Lombok
19. NTT : Alor, Solor, Rote, Sawu, Sumba, Flores, Belu, Bima
20. Kalimantan Barat : Melayu, Dayak (Iban Embaluh, Punan, Kayan,
Kantuk, Embaloh, Bugan,Bukat), Manyuke
21. Kalimantan Tengah : Melayu, Dayak (Medang, Basap, Tunjung, Bahau,
Kenyah, Penihing, Benuaq), Banjar, Kutai, Ngaju, Lawangan, Maayan, Murut,
Kapuas
22. Kalimantan Timur : Melayu,
Dayak(Bukupai, Lawangan, Dusun, Ngaju, Maayan)
23. Kalimantan Selatan : Melayu, Banjar, Dayak, Aba
24. Sulawesi Selatan : Bugis, Makasar, Toraja, Mandar
25. Sulawesi Tenggara : Muna, Buton,Totaja, Tolaki, Kabaena, Moronehe,
Kulisusu, Wolio
26. SulawesiTengah : Kaili, Tomini, Toli-Toli,Buol, Kulawi, Balantak,
Banggai,Lore
27. Sulawesi Utara : Bolaang-Mongondow, Minahasa, Sangir, Talaud,
Siau, Bantik
28. Gorontalo : Gorontalo
29. Maluku : Ambon, Kei, Tanimbar, Seram, Saparua, Aru, Kisar
30. Maluku Utara : Ternate, Morotai, Sula, taliabu, Bacan, Galela
31. Papua Barat : Waigeo, Misool, Salawati, Bintuni, Bacanca
32. Papua Tengah : Yapen, Biak, Mamika, Numfoor
33. Papua Timur : Sentani, Asmat, Dani, Senggi
2. Agama
Agama adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia dan lingkungannya
Kata “agama” berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti
“tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang
berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang
berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat
dirinya kepada Tuhan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama
adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya.
Enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia, yaitu:
agama Islam, Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia pernah melarang pemeluk Konghucu melaksanakan
agamanya secara terbuka. Namun, melalui Keppress No. 6/2000, Presiden
Abdurrahman Wahid mencabut larangan tersebut. Ada juga penganut agama
Yahudi, Saintologi, Raelianisme dan lain-lainnya, meskipun jumlahnya termasuk
sedikit.
Menurut Penetapan Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965 junto
Undang-undang No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan agama
dalam penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan bahwa Agama-agama yang dianut
oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah: Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Buddha, dan Konghucu. Meskipun demikian bukan berarti agama-agama dan
kepercayaan lain tidak boleh tumbuh dan berkembang di Indonesia. Bahkan
pemerintah berkewajiban mendorong dan membantu perkembangan agama-agama
tersebut.
Sebenarnya tidak ada istilah agama yang diakui dan tidak diakui
atau agama resmi dan tidak resmi di Indonesia, kesalahan persepsi ini terjadi
karena adanya SK (Surat Keputusan) Menteri dalam negeri pada tahun 1974 tentang
pengisian kolom agama pada KTP yang hanya menyatakan kelima agama tersebut.
Tetapi SK (Surat Keputusan) tersebut telah dianulir pada masa Presiden
Abdurrahman Wahid karena dianggap bertentangan dengan Pasal 29 Undang-undang
Dasar 1945 tentang Kebebasan beragama dan Hak Asasi Manusia.
Selain itu, pada masa pemerintahan Orde Baru juga dikenal
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang ditujukan kepada sebagian orang
yang percaya akan keberadaan Tuhan, tetapi bukan pemeluk salah satu dari agama
mayoritas.
Berikut penjelasan Enam agama besar yang paling banyak dianut di
Indonesia
a.
Agama
Islam
Nama Kitab Suci : Al Qur'an
Nama Pembawa : Nabi Muhammad SAW
Permulaan : Sekitar 1400 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Masjid
Hari Besar Keagamaan : Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha,
Tahun Baru Hijrah, Isra’ Mi’raj
b.
Agama
Kristen Protestan
Nama Kitab Suci : Alkitab
Nama Pembawa : Yesus Kristus
Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Gereja
Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari Paskah,
Kenaikan Isa Almasih
c.
Agama
Katolik
Nama Kitab Suci : Alkitab
Nama Pembawa : Yesus Kristus
Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Gereja
Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari Paskah,
Kenaikan Isa Almasih
d.
Agama
Hindu
Nama Kitab Suci : Weda
Nama Pembawa : –
Permulaan : Sekitar 3000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Pura
Hari Besar Keagamaan : Hari Nyepi, Hari Saraswati, Hari Pagerwesi,
Kuningan, Galungan
e.
Agama
Buddha
Nama Kitab Suci : Tri Pitaka
Nama Pembawa : Siddharta Gautama
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Vihara
Hari Besar Keagamaan : Hari Waisak, Hari Asadha, Hari Kathina
f.
Agama
Kong Hu Cu
Nama Kitab Suci : Si Shu Wu Ching
Nama Pembawa : Kong Hu Cu
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Li Tang / Klenteng
Hari Besar Keagamaan : Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh
3.
Budaya
Bangsa
Indonesia mempunyai keanekaragaman budaya. Tiap daerah atau masyarakat
mempunyai corak dan budaya masing-masing yang memperlihatkan ciri khasnya. Hal
ini bisa kita lihat dari berbagai bentuk kegiatan sehari-hari, misalnya upacara
ritual, pakaian adat, bentuk rumah, kesenian, bahasa, dan tradisi lainnya.
Contohnya adalah pemakaman daerah Toraja, mayat tidak dikubur dalam tanah
tetapi diletakkan dalam goa. Di daerah Bali, mayat dibakar(ngaben).
Untuk
mengetahui kebudayaan daerah Indonesia dapat dilihat dari ciri-ciri tiap budaya
daerah. Ciri khas kebudayaan daerah terdiri atas bahasa, adat istiadat, sisem
kekerabatan, kesenian daerah dan ciri badaniah (fisik)
Lingkungan
tempat tinggal mempengaruhi bentuk rumah tiap suku bangsa. Rumah adat di
Jawa dan di Bali biasanya dibangun langsung di atas tanah. Sementara
rumah-rumah adat di luar Jawa dan Bali dibangun di atas tiang atau disebut
rumah panggung. Alasan orang membuat rumah panggung antara lain untuk
meghindari banjir dan menghindari binatang buas. Kolong rumah biasanya dimanfaatkan
untuk memelihara ternak dan menyimpan barang.
Keanekaragaman
budaya dapat dilihat dari bermacam-macam bentuk rumah adat.
Berikut
ini beberapa contoh rumah adat.
1. Rumah
Bolon (Sumatera Utara).
2. Rumah
Gadang (Minangkabau, Sumatera Barat).
3. Rumah Joglo (Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur).
4. Rumah Lamin
(Kalimantan Timur).
5. Rumah
Bentang (Kalimantan Tengah).
6. Rumah Tongkonan
(Sulawesi Selatan).
7. Rumah Honai
(Rumah suku Dani di Papua).
Setiap suku bangsa mempunyai
upacara adat dalam peristiwa-peristiwa penting kehidupan. Misalnya
upacara-upacara kelahiran, penerimaan menjadi
anggota suku, perkawinan, kematian, dan lain-lain. Nama dan bentuk upacara
menandai peristiwa kehidupan itu berbeda-beda dalam masing-masing suku.
Beberapa
contoh upacara adat yang dilakukan suku-suku di Indonesia antara lain sebagai
berikut.
1. Mitoni,
tedhak siti, ruwatan, kenduri, grebegan (Suku Jawa).
2. Seren
taun (Sunda).
3. Kasodo
(Tengger).
4. Nelubulanin,
ngaben (Bali).
5. Rambu
solok (Toraja).
Keberagaman
kebudayaan di Indonesia juga tampak dalam kesenian daerah.
Ada
bermacam-macam bentuk kesenian daerah.
Contoh
lagu-lagu daerah sebagai berikut :
1.
Nangroe Aceh Darussalam Piso
Surit
2.
Sumatera Utara Lisoi, Sinanggar
Tullo, Sing Sing So, Butet
3.
Sumatera Barat Kambanglah Bungo, Ayam Den Lapeh, Mak
Inang, Kampuang Nan Jauh di Mato
4.
Riau Soleram
5.
Sumatera Selatan Dek Sangke,
Tari Tanggai, Gendis Sriwijaya
6.
Jakarta Jali-jali, Kicir-kicir,
Surilang
7.
Jawa Barat Bubuy Bulan, Cing Cangkeling,
Manuk Dadali, Sapu Nyere Pegat Simpai
8.
Jawa Tengah Gundul-gundul
Pacul, Gambang Suling, Suwe Ora Jamu, Pitik Tukung, Ilir-ilir,
9.
Jawa Timur Rek Ayo Rek,
Turi-turi Putih
10.
Madura Karaban Sape, Tanduk
Majeng
11.
Kalimantan Barat Cik Cik Periok
12.
Kalimantan Tengah Naluya,
Kalayar, Tumpi Wayu
13.
Kalimantan Selatan Ampar Ampar
Pisang, Paris Barantai
14.
Sulawesi Utara Si Patokaan, O
Ina Ni Keke, Esa Mokan
15.
Sulawesi Selatan Anging Mamiri,
Ma Rencong, Pakarena
16.
Sulawesi Tengah Tondok
Kadadingku
17.
Bali Dewa Ayu, Meyong-meyong,
Macepetcepetan, Janger, Cening Putri Ayu.
18.
NTT Desaku, Moree, Pai Mura
Rame, Tutu Koda, Heleleu Ala De Teang,
19.
Maluku Kole-Kole, Ole Sioh,
Sarinande, Waktu Hujan Sore-sore, Ayo Mama, Huhatee
20.
Papua Apuse, Yamko Rambe Yamko
Contoh
Tari-tarian Tradisional Indonesia
1. Nangroe Aceh Darussalam Tari Seudati, Saman, Bukat
2. Sumatera Utara Tari Serampang, Baluse, Manduda
3. Sumatera Barat Tari Piring, Payung, Tabuik
4. Riau Tari Joget Lambak, Tandak
5. Sumatera Selatan Tari Kipas, Tanggai, Tajak
6. Lampung Tari Melinting, Bedana
7. Bengkulu Tari Adum, Bidadari
8. Jambi Tari Rangkung, Sekapur Sirih
9. Jakarta Tari Yapong, Serondeng, Topeng
10. Jawa Barat Tari Jaipong, Merak, Patilaras
11. Jawa Tengah-Yogyakarta Tari Bambangan Cakil,
Enggot-enggot, Bedaya, Beksan,
12. Jawa Timur Tari Reog Ponorogo, Remong
13. Bali Tari Legong, Arje, Kecak
14. Nusa Tenggara Barat Tari Batunganga, Sampari
15. Nusa Tenggara Timur Tari Meminang, Perang
16. Kalimantan Barat Tari Tandak Sambas, Zapin Tembung
17. Kalimantan Timur Tari Hudog, Belian
18. Kalimantan Tengah Tari Balean Dadas, Tambun
19. Kalimantan Selatan Tari Baksa Kembang
20. Sulawesi Selatan Tari Kipa, Gaurambuloh
21. Sulawesi Tenggara Tari Balumba, Malulo
22. Sulawesi Tengah Tari Lumense, Parmote
23. Sulawesi Utara Tari Maengket
24. Maluku Tari Nabar Ilaa, Perang
25. Papua Tari Perang, Sanggi
Contoh
Seni Pertunjukan yang Ada di Indonesia
1. Banten:
Debus
2. DKI
Jakarta: Ondel-ondel, Lenong
3. Jawa
Barat: Wayang Golek, Rudat, Banjet, Tarling, Degung
4. Jawa
Tengah: Wayang Kulit, Kuda Lumping, Wayang Orang, Ketoprak, Srandul, Opak
Alang, Sintren
5. Jawa
Timur: Ludruk, Reog, Wayang Kulit
6. Bali:
Wayang Kulit, Janger
7. Riau:
Makyong
8. Kalimantan:
Mamanda
Selain
hasil kesenian yang sudah disebutkan di atas, suku-suku bangsa di Indonesia
juga mempunyai hasil karya seni dalam bentuk benda. Karya seni yang dihasilkan
oleh seniman-seniman dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia, antara
lain seni lukis, seni pahat, seni ukir, patung, batik, anyaman, dan lain-lain.
Benda-benda karya seni yang terkenal, antara lain ukiran Bali dan Jepara,
Patung Asmat dan patung-patung Bali, anyaman dari suku-suku Dayak di
Kalimantan, dan lain-lain. Hasil kerajinan seni ini menjadi barang-barang
cindera mata yang sangat digemari turis mancanegara.
Seperti
yang telah diuraikan di atas, bahwa suku bangsa adalah suatu golongan manusia
yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan. Identitas
seringkali dikuatkan kesatuan bahasa. Oleh karena itu, kesatuan kebudayaan
bukan suatu hal yang ditentukan oleh orang luar, melainkan oleh warga yang
bersangkutan itu sendiri. Suku-suku yang ada di Indonesia antara lain Gayo di
Aceh, Dayak di Kalimantan, dan Asmat di Papua.
Daftar Pustaka :
Saputra, L. S., Aa Nurdiaman, Salikun, Rahmat & Dadang S.
2017. Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan SMP/MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.